
Headline24jam.com – Penelitian terbaru oleh tim ilmuwan dari Universität Bern yang dipimpin oleh Dr. Pascal Kruttasch dan Professor Klaus Mezger mengungkapkan bahwa air di Bumi kemungkinan berasal dari peristiwa besar yang terjadi selama pembentukan planet ini, bukan dari hujan komet yang konstan. Penelitian ini, yang dipublikasikan pada 4 Oktober 2023, menunjukkan bahwa Bumi awalnya kering hingga tabrakan yang membentuk Bulan, menjadikan planet yang dapat dihuni seperti Bumi sebagai ekskipasi, bukan norma.
Asal Usul Air di Bumi
Selama lebih dari 400 tahun, asal usul lautan Bumi telah menjadi perdebatan. Isaac Newton, misalnya, menduga bahwa air Bumi berasal dari komet. Namun, banyak bukti yang mendukung dan menentang teori ini. Penelitian menunjukkan bahwa Bumi pada fase awalnya terlalu panas untuk mempertahankan air di permukaan, yang seharusnya hilang sebagai uap.
Teori Baru Tentang Pembentukan Bumi
Tim peneliti mengusulkan bahwa air di Bumi adalah hasil dari sebuah kejadian tunggal, yaitu tabrakan dengan objek yang dikenal sebagai Theia, yang juga menciptakan Bulan. “Berdasarkan hasil kami, kami tahu bahwa proto-Bumi pada awalnya adalah planet berbatu yang kering. Oleh karena itu, dapat diasumsikan bahwa hanya tabrakan dengan Theia yang membawa elemen volatil ke Bumi dan pada akhirnya memungkinkan kehidupan,” ungkap Kruttasch.
Perbandingan dengan Planet Lain
Dalam penelitian tersebut, peneliti mencatat bahwa planet-planet seperti Merkurius, Venus, dan Mars memiliki sedikit elemen volatil. Hasil ini menunjukkan bahwa Bumi secara signifikan berbeda. Volatil seperti hidrogen dan karbon, yang penting untuk kehidupan, tidak ditemukan dengan jumlah yang cukup di planet-planet tetangga kita.
Metodologi Penelitian
Dr. Kruttasch dan Professor Mezger menggunakan mangan sebagai proxy untuk mengukur keberadaan volatile pada awal Bumi, meskipun mangan mengembun pada suhu yang jauh lebih tinggi. Dengan membandingkan isotop mangan dan kromium dari asteroid dan batuan Bumi, mereka menyimpulkan bahwa Bumi terbentuk dalam waktu maksimum tiga juta tahun setelah awal sistem tata surya.
Dampak dari Tabrakan
Penemuan ini menunjukkan bahwa hampir 90 persen material di Bumi berasal dari proto-Bumi sebelum tabrakan, 10 persen dari Theia, dan 0,4 persen dari material yang datang setelahnya. Jika Theia memang berasal dari luar garis salju sistem tata surya, maka kemungkinannya membawa banyak elemen volatil yang dibutuhkan untuk membentuk lautan Bumi.
Kesimpulan dan Implikasi
Berdasarkan temuan ini, kemungkinan mencari planet habitable yang mirip dengan Bumi menjadi semakin kecil. “Kemungkinan apapun yang datang dari luar Mars adalah satu banding sejuta,” ungkap Kruttasch. Dengan demikian, meski kehidupan mungkin ada di luar sana, peluang untuk menemukan planet mirip Bumi mungkin tidak setinggi yang kita harapkan. Penelitian ini dipublikasikan secara terbuka di Science Advances dan diharapkan dapat menginspirasi diskusi lebih lanjut mengenai argumen ini.