Headline24jam.com – Sebuah studi terbaru telah mengungkap bahwa komet antar bintang 3I/Atlas memiliki massa yang “anomal secara signifikan” yakni sekitar 33 miliar ton. Ditemukan pada 1 Juli 2025, objek ini bergerak hampir dua kali lipat lebih cepat dibandingkan pengunjung antar bintang sebelumnya, seperti ‘Oumuamua dan Komet Borisov, serta diperkirakan lebih besar dengan ukuran inti mencapai 5,6 kilometer.
Komposisi dan Ukuran Komet
Proses pengukuran komet tidaklah sederhana. Pengukuran harus dilakukan dengan memisahkan inti komet dari komanya—bagian berbulu yang terbentuk akibat gas dan debu saat komet mendekati Matahari. Ketika mendekat, komet melepaskan gas yang berfungsi seperti dorongan, memengaruhi trajektori dan kecepatan.
Tim dari Harvard, yang terdiri dari Richard Cloete, Avi Loeb, dan Peter Vereš, menganalisis data dari 227 pengamatan global di antara 15 Mei hingga 23 September 2025. Mereka membandingkan trajektori 3I/Atlas dengan perkiraan gravitasi yang dihasilkan oleh Matahari.
Temuan dan Anomali
Dalam studi yang belum direview ini, diperkirakan bahwa akselerasi non-gravitasi komet ini sangat kecil, kurang dari 15 meter per hari kuadrat. Hal ini menarik, mengingat komet telah kehilangan massa sekitar 150 kilogram per detik akibat proses pengeluaran gas.
“3I/ATLAS lebih masif dibandingkan dengan 1I/`Oumuamua dan 2I/Borisov, yang merupakan suatu anomali besar,” ujar Loeb dalam sebuah blog. Ia menjelaskan bahwa, seharusnya terdapat sekitar seratus ribu objek antar bintang berukuran 0,1 kilometer sebelum menemukan 3I/ATLAS.
Pandangan NASA
Namun, pandangan mengenai asal-usul komet ini beragam. Tom Statler, ilmuwan utama NASA untuk badan kecil Tata Surya, menyatakan, “Ia terlihat seperti komet dan melaksanakan tugas-tugas komet. Hasilnya jelas menunjukkan bahwa objek ini adalah badan alami.” Pendapat ini menyiratkan bahwa meskipun memiliki beberapa sifat unik, 3I/Atlas tetap berperilaku sebagai komet.
Observasi Selanjutnya
Pengamatan lebih mendalam terhadap 3I/Atlas diperkirakan dapat dilakukan pada 3 Oktober 2025, dengan bantuan kamera HiRISE di Mars Reconnaissance Orbiter. Namun, objek ini akan berada di sisi terjauh Matahari pada saat itu, sehingga akan menghilang dari pandangan hingga Desember.
Dengan beroperasinya Observatorium Vera C. Rubin, astronom berharap untuk menemukan lebih banyak objek antar bintang. Sebelumnya, hingga tahun 2025, sekitar 20.000 asteroid baru ditemukan setiap tahun. Saat observatorium ini mulai beroperasi, mereka menemukan 2.104 asteroid dalam hanya 10 jam pengamatan.
Dengan lebih banyak data dan objek antar bintang yang lebih banyak, kita mungkin akan mampu memahami lebih mendalam mengenai 3I/Atlas dan misteri lainnya di luar Tata Surya. Artikel lengkap mengenai studi ini dapat diakses melalui situs Harvard.