Headline24jam.com – Penelitian terbaru mengungkapkan bahwa enam spesies kelelawar di Amerika Utara dapat memancarkan cahaya hijau saat terpapar sinar ultraviolet (UV). Temuan yang dipublikasikan dalam jurnal Ecology and Evolution ini melibatkan analisa terhadap kelelawar yang diambil dari koleksi di Museum Sejarah Alam Georgia, dengan usia spesimen berkisar antara 22 hingga 103 tahun.
Temuan Menarik Di Musim Halloween
Pada tahun lalu, para ilmuwan menemukan bahwa jari-jari kelelawar bebas ekor Meksiko berpendar dalam nuansa biru kehijauan, yang diperkirakan digunakan sebagai sinyal komunikasi. Kini, enam spesies kelelawar di Amerika Utara juga menunjukkan fenomena serupa. Namun, alasan di balik emisi cahaya ini masih menjadi misteri besar.
Steven Castleberry, salah satu penulis studi dan akademisi di Georgia College, menyatakan, “Kami berusaha memahami mengapa hewan-hewan ini bersinar. Ini menarik, tetapi kami belum tahu apa fungsinya dalam konteks evolusi.”
Detail Penelitian dan Temuan
Enam spesies yang diteliti meliputi kelelawar coklat besar (Eptesicus fuscus), myotis tenggara (Myotis austroriparius), kelelawar abu-abu (Myotis grisescens), kelelawar merah timur (Lasiurus borealis), kelelawar Seminole (Lasiurus seminolus), dan kelelawar bebas ekor Brasil (Tadarida brasiliensis). Seluruh spesimen menunjukkan emisi cahaya hijau saat terpapar UV, tanpa perbedaan antara jenis kelamin dan tidak terpengaruh oleh usia spesimen.
Pertanyaan yang Belum Terjawab
Meskipun seluruh spesies menunjukkan sifat bercahaya yang sama, Castleberry dan timnya menyelidiki kemungkinan adanya karakteristik umum di antara kelelawar tersebut. Mereka menemukan bahwa perilaku sosial dan preferensi tempat tinggal bervariasi di antara spesies. Misalnya, kelelawar dari genus Myotis dan Tadarida sering bersembunyi di gua dan pohon berlubang, sedangkan spesies dari genus Lasiurus cenderung bersembunyi di dedaunan.
Tim peneliti berspekulasi bahwa cahaya hijau mungkin membantu spesies Lasiurus berbaur dengan kanopi. Namun, karena emisi cahaya ini seragam di semua spesies, mereka menyimpulkan bahwa “warna fotoluminesensi tidak mungkin dikaitkan dengan adaptasi spesifik untuk habitat.”
Potensi Kegunaan dan Penelitian Lebih Lanjut
Castleberry menegaskan bahwa sifat bercahaya ini mungkin bersifat genetik berasal dari nenek moyang yang sama, dan tidak muncul secara independen. “Data menunjukkan bahwa semua spesies kelelawar ini mendapatnya dari nenek moyang yang sama. Mungkin dulu sinar ini memiliki fungsi tertentu dalam evolusi mereka, namun kini tidak lagi.”
Perlu penelitian lebih lanjut untuk menentukan apakah cahaya ini juga berfungsi sebagai alat komunikasi, mirip dengan yang ditemukan pada kelelawar Meksiko. “Hasil kami menunjukkan adanya asal fisiologis yang sama, tetapi kami tidak dapat memastikan fungsi perilaku yang sama.”
Selain kelelawar, fenomena bercahaya ini juga ditemukan pada berbagai spesies burung hantu bertelinga panjang, mamalia Australia, tikus dormice, dan bahkan manusia.
Temuan ini membuka jalan bagi penelitian lebih dalam mengenai keanehan alam yang terus menarik perhatian para ilmuwan dan pencinta alam.