
Headline24jam.com – China baru-baru ini berhasil melaksanakan penyelaman pertama di bawah es Arktik dengan menggunakan kendaraan submersible berawak, Jiaolong. Kejadian tersebut terjadi pada 26 September 2023, saat empat kapal penelitian Tiongkok kembali ke Shanghai setelah menyelesaikan eksplorasi ilmiah terbesar negara itu di Laut Arktik. Keberhasilan ini merupakan langkah signifikan dalam kemampuan eksplorasi laut dalam.
Prestasi Penting dalam Penelitian Arktik
Salah satu pencapaian terpenting dari misi ini adalah kemampuan Jiaolong untuk mengangkut awak ke dasar laut di bawah air yang tertutup es, suatu prestasi yang telah dilakukan hanya oleh beberapa negara. Dalam konteks sejarah, Amerika Serikat adalah negara pertama yang mencapai hal ini pada masa Perang Dingin, ketika USS Nautilus, kapal selam nuklir pertama, menyusuri Kutub Utara pada tahun 1958.
Tiongkok, dalam eksplorasi terbarunya, menunjukkan ketertarikan yang meningkat terhadap Wilayah Arktik, menyusul tindakan Rusia pada tahun 2007 saat menanamkan bendera nasionalnya di dasar laut Arktik menggunakan mini-submersible Mir-1 dan Mir-2. Meskipun Moscow melakukannya untuk menunjukkan kedaulatan, banyak pengamat internasional menganggap tindakan tersebut sebagai upaya untuk mendominasi sumber daya di kawasan tersebut.
Tantangan Penyelaman di Bawah Es
Operasi di bawah lapisan es tidaklah mudah. Tantangan teknis mencakup masalah komunikasi dan navigasi. Sistem teknologi konvensional seringkali mengalami kesulitan berfungsi dengan baik di bawah es, yang menyulitkan penggunaan satelit atau koordinasi dengan kapal di permukaan. Selain itu, suhu yang sangat rendah dan potensi terjangan bongkahan es menambah tingkat kesulitan.
Geopolitik dan Sumber Daya Arktik
Kepentingan geopolitik di kawasan Arktik semakin meningkat, terutama di tengah perubahan iklim yang membuat jalur pengiriman baru terbuka. Tiongkok, yang menyatakan Arktik sebagai “perbatasan strategis baru” pada tahun 2015, tengah meningkatkan kehadirannya di sana. Sebuah laporan menunjukkan bahwa antara tahun 2000 dan 2024, jumlah ilmuwan Tiongkok yang mempublikasikan penelitian tentang Arktik meningkat lima kali lipat, berbanding terbalik dengan penurunan proporsi ilmuwan AS di bidang ini.
Meskipun misi terbaru ini bersifat ilmiah dan damai, jelas bahwa Tiongkok memiliki ketertarikan yang mendalam terhadap kawasan Arktik. Penelitian dan eksplorasi berkelanjutan akan menjadi bagian penting dari strategi negara ini ke depan dalam memanfaatkan sumber daya yang ada di kawasan yang strategis tersebut.