
Headline24jam.com – Paleontolog terkejut menemukan ekor berbulu yang sebelumnya diduga bunga, terjebak dalam amber berusia 99 juta tahun di Myanmar. Penemuan ini merupakan bagian dari theropoda muda, menambah daftar langka fosil yang diawetkan dalam resin.
Penemuan Bersejarah
Pada tahun 2015, Lida Xing menemukan sepotong amber di pasar Myanmar, yang awalnya dianggap mengandung material tanaman. Amber tersebut telah dipoles untuk dijual sebagai perhiasan. Namun, setelah disarankan untuk dibeli oleh Dexu Institute of Palaeontology, ternyata amber tersebut menyimpan ekor berbulu dari coelurosaur muda.
Analisis Lebih Dalam
Xing melacak asal amber tersebut ke Kachin State di Myanmar dengan menemukan penambang yang mengeluarkannya. Studi yang dilakukan pada tahun 2016 menggunakan pemindaian CT dan observasi mikroskopis mengungkapkan bahwa ekor tersebut memiliki delapan vertebra yang dikelilingi oleh bulu yang terawetkan dalam detail 3D.
Ryan McKellar, salah satu penulis studi tersebut, menjelaskan, "Vertebrae ini tidak menyatu seperti pada burung modern, melainkan tetap fleksibel dengan bulu di kedua sisi." Hal ini memastikan bahwa bulu tersebut berasal dari dinosaurus, bukan burung.
Penemuan Selanjutnya
McKellar mengungkapkan, "Ini adalah pertama kalinya kami menemukan material dinosaurus yang terawetkan dalam amber." Sejak penemuan ini, ada beberapa kemunculan dugaan fosil Mesozoik, seperti tengkorak hewan seukuran kolibri yang pada akhirnya diketahui adalah spesies kadal baru.
Detil Menarik
Analisis menunjukkan bulu pada ekor tersebut berwarna cokelat-kastanye di bagian atas dengan sisi yang lebih terang. Penelitian mengindikasikan bahwa karakteristik bulu modern mungkin telah muncul lebih awal dari yang diperkirakan.
Dari analisis lebih dekat, ditemukan jejak ferrous iron yang berasal dari hemoglobin di sekitar tulang, menyiratkan bahwa dinosaurus tersebut mungkin terjebak dalam resin pada saat hidup.
Kesimpulan
Profesor Mike Benton menegaskan pentingnya penemuan ini, mengatakan, "Melihat detail ekor dinosaurus sangat menakjubkan.” Meski nasib dinosaurus itu tragis, setidaknya ia terhindar dari kesalahan identitas dan dianggap sebagai tanaman.
Penemuan ini menjadi pengingat bahwa dalam paleontologi, penting untuk selalu melakukan pemeriksaan ulang terhadap material yang terlihat biasa.