Headline24jam.com – Penemuan tulang kaki hominin berusia 3,4 juta tahun di Ethiopia menunjukkan bukti keberadaan spesies baru dalam sejarah keluarga manusia. Temuan ini memperkuat argumen bahwa berbagai elemen dari jalur evolusi manusia hidup berdampingan, sekaligus menambah kompleksitas pemahaman tentang apakah fosil terkenal, Lucy, merupakan nenek moyang langsung kita.
Temuan Baru di Ethiopia
Ketika fosil Lucy, yang dinamakan Australopithecus afarensis, ditemukan, diasumsikan bahwa jalur evolusi manusia adalah linier dan bahwa Lucy adalah nenek moyang kita. Namun, seiring berjalannya waktu, fakta menunjukkan bahwa jalur tersebut lebih rumit, mirip dengan cabang-cabang pohon. Penemuan jejak kaki oleh Mary Leakey, empat tahun lalu, menunjukkan dua spesies hominin berbeda hidup dalam waktu yang hampir bersamaan.
Bukti Koeksistensi
Delapan tulang kaki yang ditemukan di Woranso-Mille, dekat lokasi letusan vulkanik terbaru, membuktikan bahwa penemuan tersebut berasal dari era yang sama dengan Lucy. “Ketika kami menemukan kaki tersebut pada 2009 dan mengumumkannya pada 2012, kami tahu bahwa itu berbeda dari spesies Lucy, Australopithecus afarensis,” kata Profesor Yohannes Haile-Selassie dari Arizona State University.
Tulang kaki ini, yang dikenal sebagai Burtele foot, menunjukkan bahwa dua spesies yang lebih dekat hubungannya dengan manusia daripada simpanse mungkin hidup berdampingan. Meskipun tidak umum untuk menamai spesies berdasarkan elemen non-kepala, para peneliti optimis setelah menemukan lebih banyak fosil yang menghubungkan kaki itu dengan spesies baru yang dinamai Australopithecus deyiremeda.
Ciri-Ciri Unik Burtele Foot
Burtele foot memiliki karakteristik lebih mirip dengan kera awal, dengan jari besar yang dapat bergerak, yang lebih sesuai untuk memanjat. Hal ini mengindikasikan bahwa A. deyiremeda beradaptasi dengan cara berjalan yang berbeda, menggunakan jari kedua untuk mendorong saat berjalan. “Menemukan spesimen seperti Burtele foot menunjukkan bahwa ada banyak cara untuk berjalan dengan dua kaki,” tambah Haile-Selassie.
Keanekaragaman Diet
Ketika dua spesies berbagi habitat, mereka umumnya mengembangkan niche makanan masing-masing. Data menunjukkan bahwa A. afarensis mengonsumsi diet campuran, sementara analisis enamel gigi dari A. deyiremeda menunjukkan mereka lebih banyak mengkonsumsi tumbuhan C3 seperti buah dan kacang, tetapi tidak biji rumput. Professor Naomi Levin dari Universitas Michigan menjelaskan bahwa meskipun hasilnya konsisten dengan adaptasi memanjat, ia terkejut karena perbedaan diet tidak sejelas yang diharapkan.
Pertanyaan Besar Selanjutnya
Dengan beberapa fitur A. deyiremeda lebih mirip dengan A. africanus, yang diketahui sebagai nenek moyang kita, penelitian ini menimbulkan pertanyaan tentang migrasi dan evolusi. Mungkinkah A. deyiremeda adalah spesies yang tidak teradaptasi dengan sifat bipedal, atau justru mereka yang menyebar ke selatan, yang kemudian memberi asal usul bagi manusia modern?
Penelitian ini dipublikasikan dalam jurnal Nature, memperkuat pentingnya pemahaman kita tentang variasi dalam evolusi manusia dan potensi jalur yang berbeda menuju bipedalisme.