
Headline24jam.com – Ribuan ton bahan kimia telah dibuang di lepas pantai Los Angeles antara tahun 1930-an hingga 1970-an, memicu krisis lingkungan yang berlangsung lama. Identitas bahan yang dibuang tetap misterius, namun penelitian terbaru mengungkap fakta mengejutkan mengenai limbah ini.
Temuan di Dasar Laut
Selama bertahun-tahun, banyak yang menduga bahwa bahan kimia tersebut adalah pestisida karsinogenik, dichlorodiphenyltrichloroethane (DDT). Meskipun DDT memang dibuang di area tersebut pada pertengahan abad ke-20, fenomena halo misterius yang muncul di sekitar kapal menunjukkan adanya bahan lain.
Usaha Pengambilan Sampel
Tim dari Schmidt Ocean Institute dengan kapal penelitian Falkor berhasil mengumpulkan sampel dengan menggunakan kendaraan robotik, ROV SuBastian. Proses pengambilan sampel sulit dilakukan, karena bahan yang bocor dari batang-batang itu telah mengubah dasar laut menjadi tekstur mirip beton.
Analisis yang Mengejutkan
Dalam analisis sampel yang diperoleh, riset menunjukkan bahwa konsentrasi DDT tidak meningkat seiring kedekatan dengan batang-batang tersebut. Hal ini menandakan bahwa batang tersebut bukanlah sumber pencemaran DDT. Dengan kata lain, apa yang sebenarnya bocor dari sana?
DNA Mikrobial yang Ditemukan
Sampel yang diambil mengungkapkan keberadaan DNA mikrobial. Walaupun tidak banyak, ditemukan rendahnya keragaman bakteri di sedimentasi sekitar batang tersebut. Mikroba yang ada adalah jenis ekstremofil yang biasanya ditemukan di kawasan ventilasi hidrotermal.
Limbah Alkalin yang Berbahaya
Pengujian lebih lanjut menunjukkan pH sedimentasi mencapai sekitar 12, yang menunjukkan sifat alkalin yang tinggi. Ini mengindikasikan bahwa apa yang bocor adalah limbah alkali yang sangat kaustik, bukan DDT seperti yang diperkirakan sebelumnya. “Salah satu aliran limbah utama dari produksi DDT adalah asam, dan itu tidak dimasukkan ke dalam batang,” kata Johanna Gutleben, penulis utama studi dan peneliti pascadoktoral di Scripps.
Reaksi Kimia yang Membentuk Halo
Halo-halo tersebut merupakan hasil reaksi kimia antara limbah dan air laut yang membentuk mineral brucite. Reaksi ini berkontribusi terhadap tekstur cement-like dari sedimentasi di sekitarnya dan menciptakan deposit kalsium karbonat.
Konsekuensi Lingkungan yang Masih Dirasakan
Temuan ini menyoroti besarnya dampak lingkungan dari pembuangan berbahaya ini. Sekitar lebih dari 50 tahun setelah dumping, efeknya masih terlihat. Paul Jensen, emeritus mikrobiologis kelautan, menekankan bahwa kerakusan alkali kini setara dengan DDT dalam hal polutan yang bertahan di lingkungan laut.
“Ini menambah pemahaman kita mengenai konsekuensi pembuangan batang-batang ini. Kita tidak bisa mengukur dampak lingkungan tanpa mengetahui berapa banyak batang yang memiliki halo putih tersebut,” tambahnya.
Penutup
Studi ini, yang diterbitkan di jurnal PNAS Nexus, membuka jalan bagi penelitian lebih lanjut mengenai jenis limbah lain yang mungkin telah dibuang di area tersebut. Gutleben mencatat, “DDT bukan satu-satunya bahan yang dibuang di bagian laut ini, dan kita hanya memiliki gambaran yang terfragmentasi tentang apa yang dibuang di sana.”