
Headline24jam.com – Dekaisnea fargesii, sebuah semak yang seringkali terlewatkan, menarik perhatian saat musim gugur tiba dengan buahnya yang unik, dijuluki “jari orang mati.” Pertama kali dijelaskan oleh botanis Prancis Adrien René Franchet pada tahun 1892, buah ini tumbuh di Sichuan, China, serta di Tibet dan Nepal. Buah berwarna abu-abu-biru ini menyerupai jari, lengkap dengan lekukan yang membuatnya semakin menarik, dan biasanya masak pada bulan Oktober, menjelang musim hantu.
Apa Itu Jari Orang Mati?
Buah dari Dekaisnea fargesii mendapatkan nama “jari orang mati” karena bentuknya yang tidak biasa. Meski tidak berhubungan dengan jari sungguhan, permukaannya yang chunky dan pointy membuatnya tampak menyeramkan. Franchet awalnya menggambarkan buah ini sebagai “kupu-kupu biru besar yang menggantung dari cabang,” jauh dari kesan horor.
Franchet menerima sampel tanaman ini dari Paul Guillaume Farges, seorang misionaris Prancis yang merupakan kolektor tanaman aktif, mengumpulkan hampir 4.000 spesies. Tanaman ini tumbuh subur di iklim sedang China, Tibet, dan Nepal.
Apakah Buahnya Bisa Dimakan?
Selain nama “jari orang mati,” Dekaisnea fargesii juga dikenal dengan sebutan “buah sosis biru.” Pertanyaannya muncul: apakah buah ini bisa dimakan?
Secara teknis, iya. Ketika dibuka, buah ini mengandung biji hitam yang dikelilingi oleh pulp jernih. Hanya pulp yang bisa dimakan, walaupun rasanya tidak mirip sosis. Dalam blog yang ditulis oleh Daniel Mosquin, Manajer Riset di Kebun Botani Universitas British Columbia, pulp tersebut “tidak menyenangkan, tetapi hambar” dengan tekstur yang mirip jelly.
Wolfgang Stuppy, ahli morfologi biji di Royal Botanic Gardens, Kew, memberikan ulasan lebih positif: “Saya menemukan rasanya sangat menyenangkan, manis, mungkin dengan sedikit rasa melon atau mentimun.” Meski demikian, orang mungkin masih ragu untuk mencobanya.
Buah ini pun memberikan sensasi tersendiri bagi penggemar eksplorasi kuliner. Apakah Anda berani mencoba jari orang mati?