
Headline24jam.com – Dalam sebuah terobosan hukum yang signifikan, pengadilan New York memungkinkan penggunaan urutan genom lengkap sebagai bukti dalam kasus pembunuhan berantai, yakni kasus Rex Heuermann. Kasus ini melibatkan serangkaian 11 pembunuhan di Long Island antara 1993 dan 2011, yang dikenal sebagai pembunuhan Gilgo Beach, di mana beberapa mayat ditemukan di lokasi tersebut. Heuermann, seorang arsitek dari Nassau County, ditangkap dan didakwa atas beberapa pembunuhan setelah analisis DNA yang ditemukan di tempat kejadian mengarah kepadanya.
Latar Belakang Kasus
Heuermann ditangkap pada tahun 2023 dan 2024 setelah pihak berwenang menemukan rambut di lokasi penguburan korban. Riset DNA pada rambut tersebut memberikan petunjuk penting yang menghubungkan Heuermann dengan kasus tersebut. Sejak awal, keberadaan DNA telah menjadi bagian integral dalam proses hukum, terutama sejak teknologi pemprofilan DNA muncul di akhir tahun 1980-an.
Sejarah Penggunaan DNA dalam Pengadilan
Penggunaan bukti DNA dalam pengadilan pertama kali terjadi di Inggris, ketika teknologi pemprofilan DNA membantu menghukum pembunuh ganda Colin Pitchfork. Namun, perkembangan terakhir dalam genetika telah memungkinkan ilmuwan untuk menganalisis seluruh urutan DNA, bahkan dari sampel yang sangat kecil atau terdegradasi.
Keputusan Pengadilan
Pada 3 September, Hakim Timothy Mazzei memberikan lampu hijau bagi penggunaan bukti urutan genom lengkap dalam persidangan. Meskipun ada upaya dari tim pembela untuk menolak bukti tersebut dengan alasan teknik analisisnya tidak valid, permohonan itu ditolak lagi pada 23 September. Dengan keputusan ini, New York menjadi negara bagian pertama yang menggunakan metode ini dalam pengadilan.
Dampak bagi Sistem Peradilan
Keputusan ini tidak hanya berarti bagi kasus Heuermann, tetapi juga dapat membuka peluang baru dalam penggunaan urutan genom lengkap di seluruh negara. Di beberapa negara bagian seperti California dan Idaho, metode ini telah digunakan tanpa perlunya sidang Frye, yang menilai validitas bukti ilmiah.
Nathan Lents, seorang biologist dari John Jay College of Criminal Justice, menyatakan bahwa keputusan ini merupakan langkah maju yang besar dalam penggunaan bukti DNA. “Ini akan memungkinkan perbandingan dan pencocokan dengan bukti yang sebelumnya dianggap terlalu kecil, terlalu tua, atau terlalu rusak untuk dianggap berguna,” ujarnya.
Diharapkan, unit-unit kasus dingin di seluruh negeri akan meninjau kembali koleksi bukti mereka untuk mencari sampel yang sekarang bisa diuji dengan kemungkinan sukses yang lebih baik.