
Headline24jam.com – Astronom telah menemukan sebuah objek unik bernama WD 0525+526, yang merupakan white dwarf ultra-masif dengan lapisan luar hidrogen dan helium yang 10 miliar kali lebih tipis daripada white dwarf lainnya. Penemuan ini diungkap dalam sebuah studi yang dipublikasikan di jurnal Nature Astronomy.
Penemuan White Dwarf yang Tak Lazim
Para astronom percaya bahwa WD 0525+526 adalah hasil dari peristiwa merger bintang. White dwarf umumnya merupakan sisa dari bintang yang berukuran seperti Matahari atau bintang dengan massa lebih sedikit, yang tidak cukup besar untuk meledak sebagai supernova.
Karakteristik White Dwarf
Setelah bintang kehabisan bahan bakar hidrogen, ia akan membesar menjadi raksasa merah dan mulai menggabungkan helium. Ketika helium habis, lapisan luar bintang akan terhembus, menyisakan inti yang sangat padat, yaitu white dwarf. Sebagian besar white dwarf memiliki massa sekitar 60 persen dari Matahari.
Observasi Melalui Teleskop Hubble
Dengan bantuan Teleskop Hubble, para peneliti mendeteksi jejak karbon di atmosfer WD 0525+526. Namun, tidak seperti white dwarf lainnya, objek ini tidak menunjukkan fitur karbon dalam pengamatan optik.
Dr. Snehalata Sahu dari Universitas Warwick menjelaskan, "Lapisan hidrogen dan helium sangat tipis, seperti 10 miliar kali lebih tipis dari yang kita harapkan."
Teori Mergen Bintang
Mengacu pada simulasi awal, kemungkinan penyebab merger yang menghasilkan WD 0525+526 adalah bintang subraksasa. Namun, para ilmuwan masih mengakui adanya ketidakpastian mengenai apa yang sebenarnya terjadi.
Langkah Selanjutnya dalam Penelitian
Tim peneliti ingin mengeksplorasi seberapa umum white dwarf berbasis karbon di antara white dwarf serupa, serta mencari tahu lebih banyak tentang peristiwa merger yang tersembunyi di antara keluarga white dwarf.
Dr. Sahu menambahkan, "Ini akan jadi kontribusi penting bagi pemahaman kita tentang biner white dwarf dan jalur menuju ledakan supernova."
Pentingnya Observasi Ultraviolet
Tim peneliti menekankan bahwa penemuan ini hanya mungkin dilakukan berkat pengamatan ultraviolet. Namun, keberadaan Teleskop Hubble yang sudah tua dan tidak terbaharui dalam 16 tahun menjadi perhatian. Teleskop Ultraviolet Explorer NASA diperkirakan tidak akan diluncurkan hingga 2030.
"Masa depan Hubble tidak pasti, jadi kami perlu memikirkan tentang teleskop UV generasi berikutnya," ujar Dr. Sahu.
Dengan penemuan ini, para ilmuwan berharap dapat lebih mendalami sifat white dwarf serta sejarah merger bintang di alam semesta.