
Headline24jam.com – Ketika siput darat terbesar di dunia, Siput Afrika Raksasa, menjangkau ekosistem yang bukan habitat aslinya, masalah sering kali muncul. Spesies invasif ini telah muncul di berbagai lokasi di luar Afrika, termasuk di Amerika Serikat, dan terus menjadi tantangan bagi para pengelola spesies invasif.
Invasif di Luar Habitat Asli
Siput Afrika Raksasa (Lissachatina fulica) berasal dari Afrika Timur dan telah menyebar jauh di luar tempat asalnya. Spesies ini telah mengambil alih banyak wilayah hutan di benua tersebut dan di pulau-pulau sekitarnya, seperti Mauritius dan Madagaskar.
Penyeberangan Laut
Sejak pertama kali terdeteksi di Hawaii pada tahun 1936, siput ini juga berhasil menembus perairan dan mendarat di seluruh bagian Amerika. Pada tahun 1966, siput ini muncul di daratan Amerika Serikat.
Kisahnya bermula ketika seorang anak laki-laki di Miami membawa pulang tiga siput dari Hawaii. Neneknya, tanpa berpikir panjang, melepaskan siput itu ke kebun mereka. Dalam tujuh tahun, jumlah siput itu melampaui 18.000.
Masalah Berkelanjutan di Florida
Florida menjadi salah satu negara bagian yang sering berhadapan dengan masalah siput ini. Iklim hangat dan lembap di bagian selatan negara ini mirip dengan habitat tropis siput tersebut.
Setelah kemunculan pertamanya di tahun 1960-an, populasi siput ini berhasil diberantas pada tahun 1975. Namun, penemuan kembali terjadi di Miami-Dade County pada 2011, yang diikuti dengan usaha pemberantasan pada tahun 2021. Pada Juni 2023, siput ini muncul lagi di Broward County, Florida Selatan.
Para ahli dari Departemen Pertanian dan Layanan Konsumen Florida menggunakan metode yang sama untuk mengatasi masalah ini, yaitu dengan menyemprotkan pestisida berbasis metaldehid yang ditujukan untuk siput dan slug.
Dampak Ekonomi dan Lingkungan
Selama beberapa dekade, program pemberantasan ini memakan biaya puluhan juta dolar. Namun, angka tersebut jauh lebih kecil dibandingkan dengan potensi kerusakan yang dapat ditimbulkan. Tanpa penanganan yang tepat, siput ini dapat merusak sektor pertanian, mengganggu ekosistem, dan menyebabkan masalah kesehatan masyarakat.
Di habitat asalnya, siput ini berkontribusi pada keseimbangan ekologi. Namun, ketika berada di lingkungan baru, ia tumbuh hingga seukuran tikus besar dan mengkonsumsi lebih dari 500 spesies tanaman, termasuk tanaman langka dan pertanian.
Risiko Kesehatan
Lebih parahnya, siput ini juga dapat membawa parasit rat lungworm, penyebab penyakit serius pada manusia. "Nematoda parasitik yang menyebabkan rat lungworm dapat ditemukan di lendir siput. Jika seseorang bersentuhan dengan siput, nematoda tersebut dapat masuk ke tubuh dan mencapai otak," ujar Mark Fagan, juru bicara Departemen Pertanian Florida.
Reproduksi yang Cepat
Siput Afrika Raksasa diketahui memiliki kemampuan reproduksi yang sangat tinggi. Pada usia enam bulan, seekor siput dapat menghasilkan hingga 100 telur. Dalam kondisi ideal, 100 keturunan siput ini dapat berkembang menjadi lebih dari 1.000 individu dalam waktu 270 hari.
Ancaman Berlanjut
Meski upaya pemberantasan terus dilakukan, siput ini tetap menjadi ancaman yang nyata. Ukurannya yang besar, nafsu makannya yang tinggi, tingkat reproduksi yang cepat, serta potensi membawa penyakit menjadikan siput ini lebih dari sekadar hama taman – tetapi juga sebuah bahaya bagi kesehatan publik dan pertanian.
Sejak terjadinya lonjakan terakhir pada tahun 2023, jumlah siput ini di Florida belum ada laporan resmi. Meskipun demikian, tampaknya hanya masalah waktu sebelum pihak berwenang harus kembali berhadapan dengan masalah infestasi yang baru.