Headline24jam.com – Sebuah studi terbaru dari Macquarie University di Australia mengungkap bahwa hewan albino di alam liar mungkin tidak hanya langka karena predator. Penelitian ini mengidentifikasi berbagai faktor yang membuat mereka lebih rentan, melampaui sekadar risiko dimangsa.
Penelitian tentang Katak Toad Albino
Tim peneliti meneliti katak toad cane (Rhinella marina), yang berasal dari Amerika Latin dan telah menyebar ke Australia, di mana mereka menjadi spesies invasif. Ilmuwan mengembangkan katak toad albino di laboratorium dengan mengedit DNA menggunakan alat CRISPR-Cas9, menonaktifkan gen tyrosinase yang penting untuk produksi pigmen kulit.
Temuan Pertumbuhan dan Kes存生 yang Lambat
“Pengembangan albino toads merupakan bagian dari metode kontrol katak toad yang kami teliti. Saat memelihara mereka, kami menyadari bahwa mereka tumbuh lebih lambat dan memiliki tingkat kelangsungan hidup yang lebih rendah dibandingkan saudara mereka yang memiliki pigmentasi,” kata Alex Funk, penulis utama studi ini dan kandidat PhD di Sekolah Ilmu Alam Macquarie University.
Masalah Penglihatan dan Kompetisi
Albino tadpoles tidak hanya mengalami pertumbuhan lambat tetapi juga metamorfosis lebih awal, yang bisa menjadi tanda stres. Penelitian lanjutan menunjukkan bahwa masalah penglihatan menjadi penyebab utama. Katak toad albino memerlukan cahaya lebih terang untuk berburu, sering kali melewatkan mangsa, dan menghabiskan lebih banyak energi saat mencari makanan dibandingkan dengan katak normal.
Efek Albinisme pada Kesehatan
Para peneliti mencatat bahwa albinisme dapat merugikan kesehatan secara keseluruhan. Katak albino cenderung memiliki toleransi yang lebih rendah terhadap radiasi ultraviolet dan masalah dengan sistem kekebalan tubuh. Penelitian juga menunjukkan bahwa di antara spesies sosial, individu albino sering mengalami perlakuan buruk dari kelompoknya.
Potensi Aplikasi Temuan di Spesies Lain
Funk menyebutkan, “Temuan ini berpeluang diterapkan pada spesies lain, terutama yang sangat bergantung pada penglihatan untuk mencari makanan. Jika hewan pengembara seperti katak, burung pemangsa, dan kucing besar tidak dapat berburu dengan efektif karena penglihatan yang buruk, mereka berisiko tersisih dari pesaing yang memiliki pigmen.”
Kesimpulan
Meski penelitian ini merupakan yang pertama mengindikasikan bahwa katak albino dapat menjadi pesaing yang lebih rendah, peneliti mengingatkan bahwa albinisme bukanlah satu-satunya penentu kelangsungan hidup. Mereka juga mengidentifikasi faktor lain seperti vulnerabilitas terhadap predator yang juga berkontribusi pada angka kelangsungan hidup yang rendah di alam liar. Penelitian ini dipublikasikan dalam jurnal Proceedings of the Royal Society B: Biological Sciences.