Headline24jam.com – Penelitian terbaru menunjukkan bahwa klaim mengenai saturasi gas rumah kaca, yang menyatakan bahwa efek pemanasan hanya akan berfungsi hingga titik tertentu, tidak berdasar secara ilmiah. Secara historis, atmosfer Bumi memiliki kemampuan untuk menyerap lebih banyak panas sejalan dengan peningkatan konsentrasi karbon dioksida (CO₂). Temuan ini diperkuat oleh para ilmuwan yang telah mengamati tren pemanasan global yang semakin cepat sejak 1970-an.
Sejarah Singkat Gas Rumah Kaca
Pada tahun 1824, ilmuwan Joseph Fourier pertama kali mencatat adanya efek rumah kaca di Bumi, yang seharusnya membuat planet kita terjebak dalam es. Tiga dekade kemudian, Eunice Foote dan John Tyndall mengungkapkan bahwa karbon dioksida memiliki kemampuan untuk menyimpan panas dengan sangat efektif, sehingga mempengaruhi suhu lingkungan.
Penelitian Svante Arrhenius
Selanjutnya, Svante Arrhenius, seorang fisikawan asal Swedia, pada akhir abad ke-19 mengusulkan bahwa peningkatan pembakaran fosil seperti batubara dan minyak dapat meningkatkan suhu planet. Dalam kalkulasinya, Arrhenius memperkirakan efek pemanasan dari penggandaan kadar CO₂, meskipun ia tidak mempertimbangkan banyak faktor lain yang kini dikenali dalam model pemanasan global.
Argumen Kritis Terhadap Saturasi
Klaus Ångström, rival Arrhenius, berpendapat bahwa karbon dioksida telah menyerap sebagian besar radiasi inframerah pada panjang gelombang yang relevan, sehingga penambahan lebih banyak konsentrasi CO₂ tidak akan berdampak signifikan. Namun, kekurangan dalam argumen Ångström diidentifikasi beberapa dekade kemudian.
Fenomena Ketinggian Atmosfer
Analisis terbaru menjelaskan bahwa gas rumah kaca, khususnya CO₂, berperan berbeda ketika berada di lapisan troposfer dibandingkan dengan stratosfer. Sebagai analogi, memeluk selimut lebih erat saat kedinginan di tempat tidur akan mencegah panas keluar.
Ketika lebih banyak karbon dioksida dilepaskan, konsentrasi gas ini meningkat di troposfer, membuat lebih banyak foton inframerah terperangkap pada lapisan atmosfer yang lebih rendah. Ini menjelaskan mengapa, meskipun stratosfer mendingin, troposfer justru mengalami pemanasan yang signifikan dalam beberapa dekade terakhir.
Bukti dan Temuan Terkini
Sebagian besar hasil penelitian menunjukkan bahwa sekitar 90 persen luas pemanasan yang terjadi disebabkan oleh perubahan pada ketinggian di mana panas tersimpan. Selain itu, bukti satelit menunjukkan bahwa stratosfer semakin mendingin, mendukung teori bahwa peningkatan CO₂ akan terus menghasilkan kenaikan suhu global.
Sejumlah penelitian mendalam telah diterbitkan, termasuk dalam Journal of Climate, yang mencatat bahwa efek indirect dari peningkatan kadar CO₂ juga memungkinkan atmosfer menampung lebih banyak uap air, yang pada gilirannya memperkuat pemanasan.
Kesimpulan
Argumen mengenai saturasi gas rumah kaca tidak memiliki landasan ilmiah yang kuat dan telah dibantah oleh banyak penelitian terbaru. Bukti sejarah serta data saat ini dengan jelas menunjukkan bahwa peningkatan konsentrasi karbon dioksida memiliki dampak signifikan terhadap pemanasan global. Dengan pemahaman ini, penting bagi masyarakat untuk mengkaji kembali argumen-argumen yang menentang realitas perubahan iklim yang sedang terjadi.