Headline24jam.com – Penelitian terbaru menunjukkan bahwa perbedaan fisik antara Neanderthal dan manusia modern, meskipun genetikanya hampir identik, disebabkan oleh perubahan kecil dalam bagian gelap DNA kita. Studi ini dilakukan oleh tim peneliti yang dipimpin oleh Dr. Hannah Long dan dipublikasikan di jurnal Development. Menariknya, perbedaan mencolok ini terletak pada modifikasi dalam pengaturan gen yang memengaruhi perkembangan wajah.
Genetik dan Evolusi Wajah Neanderthal
Meskipun Neanderthal memiliki genome yang 99.7 persen identik dengan manusia modern, karakteristik fisik mereka, seperti wajah yang lebih besar dan rahang yang kuat, muncul akibat beberapa perubahan kecil dalam daerah yang dikenal sebagai “dark genome.” Daerah ini, sering disebut sebagai “DNA sampah”, mencakup bagian dari kode genetik yang tidak mengandung gen, tetapi berfungsi mengatur dan mengaktifkan gen lain.
Dr. Long menjelaskan, “Perbezaan antara spesies diperkirakan memengaruhi tampilan wajah yang berbeda.” Terdapat satu wilayah yang menarik perhatian peneliti, yaitu enhancer cluster 1.45 (EC 1.45), yang mengatur gen SOX9 yang terkait dengan perkembangan wajah.
Dampak Modifikasi Genetik
Tim peneliti menyelidiki keberadaan variasi dalam EC 1.45 antara manusia dan Neanderthal dan menemukan bahwa perbedaan tersebut hanya berjumlah tiga huruf. Dengan metode yang inovatif, mereka menyisipkan kedua versi gen ini ke dalam DNA zebrafish dan mengamati aktivitasnya selama perkembangan embrio.
“Hasilnya sangat mencolok. Meskipun hanya terdapat tiga variasi nukleotida, Neanderthal EC1.45 menunjukkan aktivitas yang lebih tinggi selama perkembangan wajah awal,” kata Dr. Long. Ini menunjukkan bahwa versi enhancer Neanderthal lebih kuat, sehingga gen SOX9 mungkin diaktifkan dengan lebih intensif pada Neanderthal.
Konsekuensi untuk Penelitian Medis
Para peneliti juga menemukan bahwa enhancer ini aktif dalam sel progenitor wajah yang berkontribusi pada pembentukan rahang. “Meningkatkan aktivitasnya mungkin memengaruhi ekspresi gen target SOX9 selama perkembangan, yang menjadi penyebab perbedaan bentuk rahang antara manusia modern dan Neanderthal,” lanjutnya.
Untuk memverifikasi temuan ini, para peneliti memberi salinan tambahan gen SOX9 pada embrio zebrafish, hasilnya menunjukkan bahwa rahang mereka menjadi lebih besar. Hal ini menunjukkan bahwa gen SOX9 dan bagian gelap DNA yang mengaturnya mungkin bertanggung jawab, setidaknya sebagian, untuk fitur wajah Neanderthal yang kekar.
Dr. Long berharap, “Studi ini dapat memberikan pemahaman yang lebih baik tentang perubahan urutan dalam kondisi wajah dan membantu diagnosa di masa depan.”
Penelitian ini tetap menjadi tonggak penting dalam memahami hubungan antara evolusi manusia dan pertumbuhan fisik, memberikan wawasan tentang bagaimana gen memengaruhi penampilan kita.