
Headline24jam.com – Sebuah penelitian terkini mengungkap fenomena yang dikenal sebagai “paradoks langit merah”, yang merujuk pada munculnya kehidupan cerdas di Bumi pada tahap awal Era Stelliferous alam semesta. Penelitian ini dilakukan oleh David Kipping, associate professor di Columbia University, dan memanfaatkan statistik Bayesian untuk menganalisis pertanyaan krusial terkait keberadaan kehidupan cerdas di planet kita.
Paradoks Langit Merah
Kipping mencatat bahwa kehidupan cerdas yang kita amati hanya muncul di sekitar bintang tipe G, yang dikenal sebagai bintang kerdil kuning atau “Matahari”. Hal ini tidak mengejutkan, mengingat Bumi berada di zona yang mendukung kehidupan. Namun, bintang matahari kita sebenarnya bukanlah jenis bintang yang paling umum di alam semesta. Bintang kerdil M, yang terdiri dari 60-70 persen di galaksi kita, jauh lebih melimpah.
Kipping menjelaskan, “Sebagian besar bintang di alam semesta adalah kerdil merah. Mereka memiliki jumlah lima kali lebih banyak dibandingkan dengan bintang seperti Matahari dan hidup 20 kali lebih lama.” Temuan baru ini memunculkan pertanyaan penting: jika begitu banyak bintang kerdil M, kenapa tidak satupun yang kita lihat di langit?
Penggunaan Statistik Bayesian
Dalam analisisnya, Kipping menerapkan prinsip Copernican, yang menyatakan bahwa pengalaman kita tidaklah istimewa dan harusnya mencerminkan sampel yang representatif dari realitas. Namun, keberadaan kita di sekitar bintang kuning justru menunjukkan sebaliknya. Ironisnya, Era Stelliferous diperkirakan akan berlangsung selama sekitar 10 triliun tahun, mengapa keberadaan cerdas seperti kita terjadi hanya dalam 0.1 persen dari waktu tersebut?
Teori Kemungkinan
Kipping mengusulkan beberapa kemungkinan penjelasan berdasarkan model Bayesian. Salah satunya disebut “hipotesis M-dwarf desolate”, yang menyatakan bahwa bintang di bawah massa tertentu tidak dapat memproduksi kehidupan cerdas. Penjelasan lainnya menyebutkan adanya faktor-faktor yang membatasi jangka waktu bagi pengembangan kehidupan, sementara teori keberuntungan tampak kurang meyakinkan dengan faktor Bayes sekitar 1600.
“Dari segi statistik, kita biasanya menyebut angka di atas 10 menjadi bukti kuat, dan di atas 100 dianggap dapat diterima,” jelas Kipping. “Di angka 1.600, kita benar-benar tidak dapat berdiri dengan solid pada argumen keberuntungan ini.”
Penutupan: Menggali Kemungkinan
Kipping percaya bahwa masa depan bagi kehidupan cerdas di bintang kerdil M sangat kecil. “Saya kira bintang massa rendah tidak mampu menghasilkan pengamat, ini memberikan penjelasan terbaik mengenai eksistensi kita,” tegasnya. Meski kehidupan mungkin bisa ada di sekitar bintang kerdil, Kipping memperkirakan bahwa tempat-tempat tersebut “akan tetap sepi, kecuali ada kolonisasi antarstelar.”
Studi ini dipublikasikan di arXiv dan menambah wawasan tentang keberadaan kehidupan di alam semesta yang luas dan misterius.