Headline24jam.com – Pasien kanker yang menerima imunoterapi jenis tertentu memiliki kemungkinan dua kali lebih besar untuk bertahan hidup setelah tiga tahun jika mereka mendapatkan vaksin mRNA COVID-19 dalam waktu 100 hari sejak memulai pengobatan kanker, menurut penelitian baru yang dipresentasikan pada konferensi terbaru.
Penelitian Menjanjikan dari MD Anderson
Saat melakukan penelitian di University of Florida, Dr. Adam Grippin, salah satu peneliti utama, mulai mengeksplorasi penggunaan vaksin mRNA untuk meningkatkan kemampuan sistem kekebalan tubuh dalam melawan kanker. Di bawah supervisi Dr. Elias Sayour, Grippin mengembangkan vaksin mRNA yang dipersonalisasi khusus untuk tumor otak. Ia menemukan bahwa kandidat vaksin tersebut dapat mempersiapkan sistem imun untuk mengeliminasi tumor, meskipun tidak secara langsung menargetkan sel tumor.
Data dari Lebih dari 1.000 Pasien
Kini, sebagai residen senior di Radiation Oncology di The University of Texas MD Anderson Cancer Center, Grippin bekerja sama dengan Profesor Steven Lin dan timnya melakukan analisis retrospektif terhadap hasil pasien MD Anderson setelah mendapatkan vaksin COVID-19. Penelitian ini melibatkan lebih dari 1.000 pasien yang dirawat antara Agustus 2019 hingga Agustus 2023. Hasilnya menunjukkan bahwa pasien yang menerima terapi inhibitor checkpoint imun memiliki dua kali kemungkinan untuk bertahan hidup setelah tiga tahun jika mereka telah divaksin COVID-19 dalam 100 hari pertama pengobatan.
“Penelitian ini menunjukkan bahwa vaksin mRNA COVID yang tersedia secara komersial dapat melatih sistem imun pasien untuk mengeliminasi kanker,” ungkap Grippin dalam sebuah pernyataan. Beliau menambahkan, “Ketika dikombinasikan dengan inhibitor checkpoint imun, vaksin ini menghasilkan respons imun antitumor yang kuat yang terkait dengan peningkatan besar dalam kelangsungan hidup pasien kanker.”
Inovasi Imunoterapi
Inhibitor checkpoint imun dianggap sebagai salah satu kemajuan terbesar dalam terapi kanker dalam beberapa tahun terakhir. Terapi ini tidak langsung membunuh sel kanker, namun lebih bertujuan untuk mempersiapkan sistem imun agar lebih mampu mendeteksi dan menghancurkan tumor. Saat ini, terapi ini digunakan untuk berbagai jenis kanker.
Dalam studi ini, 180 pasien dengan kanker paru-paru non-sel kecil menunjukkan waktu bertahan hidup median 37,33 bulan, dibandingkan dengan 20,6 bulan untuk 704 pasien yang tidak divaksin. Sementara itu, untuk pasien dengan melanoma metastatik, 167 pasien yang tidak divaksin mengalami waktu bertahan hidup median 26,67 bulan, sementara 43 pasien yang divaksin tidak memiliki batasan waktu bertahan hidup yang jelas, menunjukkan bahwa mereka hidup jauh lebih lama.
Manfaat untuk Tumor “Dingin”
Sementara inhibitor checkpoint imun telah memberikan perubahan positif bagi banyak pasien kanker, tidak semua pasien merespons secara efektif. Penelitian ini menunjukkan bahwa vaksin mRNA dapat memberikan manfaat tambahan, terutama bagi mereka yang memiliki tumor “dingin”, yang biasanya kurang responsif terhadap imunoterapi. Pada pasien ini, vaksin COVID-19 diasosiasikan dengan peningkatan kelangsungan hidup secara keseluruhan hingga hampir lima kali lipat dalam jangka waktu tiga tahun.
“Bagian yang paling menarik dari pekerjaan kami adalah bahwa vaksin yang tersedia secara luas dan terjangkau berpotensi meningkatkan efektivitas terapi imun tertentu,” kata Grippin. Ia berharap vaksin mRNA bisa tidak hanya memperbaiki hasil pengobatan bagi pasien yang menerima imunoterapi, tetapi juga memberikan manfaat bagi mereka yang mengalami penyakit yang resisten terhadap pengobatan.
Penelitian Lanjutan
Penelitian lebih lanjut di laboratorium MD Anderson dan University of Florida memberikan pemahaman lebih dalam tentang mekanisme ini. Hasil menunjukkan bahwa vaksin mRNA dapat meningkatkan aktivasi sistem imun dalam mencari sel kanker. Sel kanker merespons dengan memproduksi protein PD-L1 dalam jumlah besar, dan inilah yang menjadi sasaran bagi inhibitor checkpoint imun.
Rencananya, tim peneliti juga mendesain uji klinis untuk menggali lebih dalam efektivitas pendekatan ini. “Vaksin COVID-19 telah menyelamatkan jutaan nyawa dan membantu manusia mengatasi pandemi. Jika uji klinis selanjutnya menunjukkan hasil positif, vaksin ini bisa menjadi bagian dari standar pengobatan kanker di banyak kasus,” tambah Grippin, menekankan nilai dari teknologi yang sudah mendapat pengakuan Nobel ini.
Kesimpulan
Penelitian yang dipresentasikan pada Kongres ESMO 2025 ini belum diterbitkan di jurnal peer-reviewed, namun sudah memberikan harapan baru bagi para pasien kanker dan dunia medis mengenai kombinasi antara vaksin COVID-19 dan terapi imun dalam menangani penyakit ini.
About the Author
