Headline24jam.com – Sebuah studi besar yang melibatkan lebih dari 2 juta anak menunjukkan bahwa autism lebih sering terjadi pada mereka yang ibu mereka terpapar polusi sulfat atau amonium selama kehamilan. Penelitian ini, yang dilakukan di Ontario, Kanada, dari April 2002 hingga Desember 2022, juga menemukan bahwa paparan ozon di awal kehidupan turut berkontribusi terhadap risiko diagnosis ASD (Autism Spectrum Disorder). Meski peningkatan risiko ini tergolong kecil, penelitian tersebut memberikan bukti yang lebih signifikan dibandingkan dengan klaim sebelumnya terkait vaksinasi atau penggunaan Tylenol.
Fokus pada Faktor Lingkungan
Robert F. Kennedy Jr., Sekretaris Kesehatan dan Layanan Manusia AS, serta banyak pejabat kesehatan lainnya, telah berfokus pada kaitan antara autism dan faktor non-genetik, seperti vaksinasi dan penggunaan obat penghilang rasa sakit selama kehamilan, tanpa dukungan data ilmiah yang kuat. “Penelitian ini menyoroti pentingnya bukti yang lebih konkret mengenai paparan polusi sebagai faktor risiko,” kata seorang peneliti yang terlibat dalam studi tersebut.
Metodologi Penelitian
Penelitian ini mengecualikan data dari kelahiran prematur, kembar, serta keadaan-keadaan lain seperti berat lahir rendah atau tinggi, dan usia ibu yang ekstrem, untuk memastikan data yang lebih valid. Dengan demikian, sampel yang diteliti mencapai 2,18 juta anak. Meskipun tidak ada data individu mengenai paparan polutan, survei menunjukkan informasi yang baik tentang tingkat polusi di lingkungan spesifik.
Penemuan Utama
Data penelitian menunjukkan bahwa paparan SO42− dan NH4+ dengan tingkat lebih dari 2 μg/m3 memiliki asosiasi paling kuat dengan diagnosis ASD. Paparan ozon selama kehamilan tidak menunjukkan signifikansi statistik, tetapi menunjukkan korelasi di bulan-bulan awal kehidupan.
Implikasi Jangka Panjang
Meskipun peningkatan risiko diagnosis autism dihubungkan dengan paparan polutan, yaitu sekitar 12-15 persen, peneliti menunjukkan pentingnya mengurangi paparan senyawa ini untuk alasan kesehatan yang lebih luas. Paparan polutan halus dapat berkontribusi terhadap berbagai masalah kesehatan, dari asma hingga kanker. “Ada banyak data yang mendukung pengurangan paparan polusi untuk meningkatkan kesehatan masyarakat secara keseluruhan,” jelas peneliti.
Kebijakan dan Tindakan
Pemerintah di berbagai negara telah menerapkan kebijakan untuk mengurangi paparan polusi, seperti mengganti pembangkit listrik berbahan bakar batu bara dan membatasi emisi. Meskipun demikian, beberapa langkah pengurangan emisi di AS baru-baru ini mengalami kemunduran. Penelitian yang diterbitkan di JAMA Network Open ini berharap dapat mendorong diskusi lebih lanjut mengenai pentingnya kualitas udara.
Kesimpulan
Dengan bukti yang semakin kuat akan dampak polusi terhadap risiko autism, hasil studi ini menonjolkan perlunya perhatian lebih dari pemerintah dan masyarakat terhadap masalah polusi lingkungan. Upaya untuk meningkatkan kesehatan bayi harus menjadi prioritas, bukan hanya untuk mengurangi angka diagnosis ASD tetapi juga untuk kesehatan jangka panjang anak-anak.