Headline24jam.com – Penelitian terbaru menunjukkan bahwa warga Finlandia yang memberikan suara pada pemilihan parlemen 1999 memiliki kemungkinan lebih tinggi untuk hidup hingga Desember 2020 dibandingkan dengan rekan-rekan sebaya yang tidak memilih. Temuan ini konsisten dengan pola yang ada, bahwa pemilih cenderung memiliki kesehatan yang lebih baik daripada yang tidak memilih. Hal ini diungkapkan oleh tim peneliti dari Universitas Helsinki yang menggunakan data mendalam dari catatan pemilihan tersebut.
Hubungan Antara Memilih dan Kesehatan
Sebuah analisis terhadap data 3,19 juta pemilih yang berusia 30 tahun ke atas saat pemilihan menunjukkan bahwa hampir sepertiga dari mereka sudah meninggal, dengan proporsi non-pemilih yang jauh lebih tinggi di antara kelompok ini. Setelah mempertimbangkan faktor usia, risiko kematian untuk pria yang tidak memilih meningkat sebesar 73 persen, dan 63 persen untuk wanita.
Pendidikan dan Pola Memilih
Pendidikan sering kali dihubungkan dengan proporsi pemilih yang lebih tinggi dan kesehatan yang lebih baik. Namun, penelitian ini menemukan bahwa meskipun mengoreksi untuk faktor pendidikan, risiko kematian untuk non-pemilih hanya berkurang sedikit. Ironisnya, bagi mereka yang tidak menyelesaikan pendidikan pada 1999, memberikan suara pada pemilihan itu mengurangi risiko kematian lebih signifikan dibandingkan dengan menyelesaikan gelar universitas.
Anak Muda dan Kematian
Menariknya, perilaku memilih paling memberikan dampak pada pria di bawah 50 tahun, terutama terkait dengan penyebab kematian eksternal seperti kecelakaan dan kekerasan. Namun, peneliti menegaskan bahwa kehadiran dalam pemilihan tunggal tidak bisa dianggap sebagai penyebab langsung peningkatan kesehatan. Sebaliknya, ada faktor-faktor yang membuat seseorang lebih cenderung memilih juga terkait dengan umur panjang.
Implikasi untuk Kesehatan Masyarakat
Penelitian ini menggarisbawahi pentingnya memahami karakteristik yang menghubungkan partisipasi pemilih dengan kesehatan. Meskipun beberapa non-pemilih mungkin terhalang oleh masalah kesehatan yang serius, dampak ini tidak cukup untuk menjelaskan efek luas yang terukur.
“Voting, sebagai bentuk partisipasi, adalah jenis modal sosial yang terkait dengan manfaat kesehatan,” kata para peneliti dalam laporan mereka. Mereka juga menyarankan agar dokter menanyakan pasien mereka tentang kebiasaan memilih, berpotensi mengidentifikasi tanda-tanda penurunan kesehatan.
Kesimpulan
Finlandia, sebagai salah satu demokrasi terbaik di dunia, mungkin tidak mencerminkan kondisi di negara lain di mana memilih dapat meningkatkan risiko kekerasan. Namun, hubungan positif antara perilaku memilih dengan kesehatan telah terlihat di seluruh dunia, termasuk di AS dan Eropa. Dengan demikian, saat muncul rasa skeptis terhadap pemilihan, lebih bijak untuk mempertimbangkan dampak positif yang bisa dihasilkan, tidak hanya bagi masyarakat tetapi juga bagi individu itu sendiri.
Penelitian ini terbit dalam Journal of Epidemiology & Community Health, yang dapat diakses untuk publik.