Headline24jam.com – Mitos rasa daging dodo yang dianggap menjijikan mungkin berasal dari kesalahpahaman dalam terjemahan. Dodo, atau dalam istilah ilmiahnya Raphus cucullatus, adalah burung yang punah yang pertama kali dijelaskan oleh pelaut dan pedagang pada akhir abad ke-16 saat mereka menjelajahi pulau Mauritius. Sebagian besar narasi ini muncul karena kesaksian orang-orang yang tidak benar-benar mengerti rasa asli daging dodo dan menggambarkan bagaimana daging itu terasa setelah dimasak.
Dodo dan Mitosnya
Dikenal sebagai “wallowbird,” nama ini konon diberikan karena daging dodo yang dianggap membuat orang sakit. Namun, penulis Jan den Hengst dalam studinya yang berjudul The Dodo: The Bird That Drew the Short Straw menjelaskan bahwa kesan itu mungkin salah tempat. Dalam karyanya yang dipublikasikan pada tahun 2009, Hengst mengelaborasi bahwa pendapat tentang daging dodo tercatat dalam sumber-sumber Belanda antara tahun 1598 hingga 1602.
Penelusuran Fakta
Hengst menekankan bahwa istilah “lothsome” dan “fulsome,” yang sering digunakan untuk menggambarkan daging dodo, sebenarnya berasal dari terjemahan Inggris yang tidak akurat. Ia merujuk pada ungkapan Belanda de walgch (yang berarti “mual”) yang lebih menjelaskan perasaan tidak nyaman akibat konsumsi berlebihan atau daging yang keras, bukan karena rasa yang busuk.
Dari sebuah laporan yang ditulis oleh Laksamana Jacob Corneliszoon van Neck pada tahun 1601, dinyatakan: “Burung ini kami sebut Wallowbird, karena meskipun kami memasaknya lama, dagingnya sangat keras, meskipun dada dan perutnya lezat, tetapi kami dapat menangkap banyak jenis merpati yang rasanya jauh lebih enak.”
Mengapa Daging Dodo Dibilang Tak Lezat?
Bila daging dodo benar-benar tidak enak, wajar jika para pelaut tidak akan repot-repot menangkap dan memburunya. Dalam catatan yang sama, penggalian lebih lanjut menunjukkan bahwa para pelaut layak mengawetkan daging dodo dengan cara menggaramnya untuk konsumsi saat perjalanan. Hal ini menunjukkan bahwa mereka mungkin memang tidak menganggap daging itu sangat menjijikkan.
Pendapat negatif mengenai daging dodo bisa jadi diperoleh dari pengalaman memakan burung yang sudah tua. Dodo tidak memiliki predator sebelum kedatangan manusia, sehingga banyak di antara mereka yang berumur lebih tua dan dagingnya kemungkinan besar lebih keras.
Kesimpulan
Seiring berjalannya waktu, narasi tentang rasa daging dodo berubah, terutama dengan penambahan istilah Inggris seperti “lothsome” dan “fulsome.” Menurut Hengst, jika ada yang mengalami rasa tidak enak saat menikmati daging dodo, burung tersebut mungkin akan dibebaskan dari beragam ancaman. Meski saat ini hanya ada sedikit spesimen dodo yang tersisa, upaya untuk memahami dan mungkin menduplikasi burung ini melalui de-extinction adalah topik yang menarik untuk diteliti di masa depan.