
Headline24jam.com – Di tengah kekhawatiran akan punahnya spesies, Chinese giant salamander atau salamander raksasa Cina, yang merupakan salah satu amfibi terbesar di dunia, tengah menghadapi ancaman serius. Spesies yang asli dari aliran sungai gunung yang berbatu di Cina Tengah ini, menjangkau panjang hingga 1,8 meter, dan terdaftar sebagai spesies “kritis terancam punah” oleh IUCN. Ancaman terbesar datang dari penangkapan berlebihan dan permintaan tinggi di pasar makanan dan pengobatan tradisional, yang telah berimbas pada populasi mereka.
Potensi Hybrida dengan Salamander Jepang
Sejak tahun 1960-an, ratusan salamander ini diimpor ke Jepang sebagai makanan dan hewan peliharaan eksotis. Namun, laju perdagangan menurun setelah pemerintah Jepang berusaha membatasi penyajian daging spesies ini pada 1973, yang mendorong beberapa pedagang untuk melepas salamander yang tersisa ke alam liar. Cela ini memberi peluang bagi mereka untuk berinteraksi dengan keluarga dekat mereka, yakni Japanese giant salamander, yang juga berasal dari genus yang sama.
Penemuan Genetika
Dalam studi yang dilakukan pada tahun 2024, para ilmuwan menganalisis 68 sampel dari salamander raksasa di Sungai Kamogawa, Kyoto, serta berbagai koleksi dari kebun binatang dan akuarium di seluruh Jepang. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa beberapa individu adalah hasil hibridisasi antara salamander raksasa Jepang dan Cina. “Kami menemukan bahwa hibrida ini tidak hanya saling mengawini, tetapi juga dengan populasi yang ‘genetis murni’, sehingga menciptakan campuran gen yang lebih dalam,” ujar Dr. Tanaka, seorang ahli biologi dari Universitas Kyoto.
Spesies yang Membingungkan
Masalah taksonomi pada salamander raksasa ini semakin rumit. Pada tahun 2019, para ilmuwan menemukan bahwa Chinese giant salamanders terdiri dari tiga spesies yang berbeda. Pada 2024, penelitian lebih lanjut menunjukkan bahwa mereka mungkin sebenarnya terdiri dari hingga sembilan spesies. Hal ini tentunya menimbulkan tantangan baru dalam upaya konservasi, di mana perlindungan yang ada tidak otomatis diperluas untuk spesies yang baru ditemukan dan belum memiliki nama resmi.
Tantangan Konservasi
Di Jepang, situasi konservasi semakin rumit dengan adanya hibrid. Sejak 2011, tidak ada salamander Cina murni yang dilihat di alam liar Jepang, membuat mereka hampir punah di negara itu. Di sisi lain, populasi mereka juga berangsur-angsur menyusut di Cina. Menurut data terkini, konservasionis kini sedang bergegas untuk menemukan salamander raksasa yang tersisa, terutama betina, untuk memulai program pemuliaan guna melindungi masa depan mereka.
“Upaya ini sangat menantang, karena kami harus memisahkan spesies Cina dan Jepang yang hampir tidak bisa dibedakan tanpa tes DNA yang rumit,” tambah Dr. Tanaka. Keberhasilan program ini sangat penting, mengingat kedua spesies tersebut menghadapi risiko kepunahan dalam waktu dekat.
Dengan tantangan yang dihadapi, perlindungan terhadap salamander raksasa tetap menjadi fokus utama para ilmuwan dan konservasionis di seluruh dunia.