Headline24jam.com – Dalam sebuah laporan terbaru, organisasi Survival International mengungkap bahwa terdapat minimal 196 kelompok masyarakat adat yang belum terhubung dengan dunia luar, mayoritas berada di Amazon. Laporan tersebut disebut sebagai “genosida legislasi” yang diperburuk oleh eksploitasi sumber daya serta tekanan dari konten kreator yang mencari ketenaran dengan mendekati kelompok-kelompok ini. Rilis laporan berlangsung pada 27 Oktober lalu di London, dengan dihadiri oleh aktivis masyarakat adat dan aktor Richard Gere.
Ancaman Terhadap Kelompok Adat yang Tidak Tersentuh
Menurut laporan sepanjang 300 halaman berjudul Uncontacted Indigenous Peoples: at the Edge of Survival, Survival International menggambarkan kondisi kritis yang dihadapi oleh kelompok-kelompok masyarakat adat. Sekitar 95 persen dari kelompok ini berada di cekungan Amazon, khususnya di Brazil, yang menjadi rumah bagi 124 kelompok. Wilayah di Asia dan Pasifik juga memiliki beberapa komunitas yang serupa.
Cara Hidup yang Bertahan
“Mereka hidup mandiri dan tahan banting tanpa kontak dengan dunia luar di lingkungan yang mungkin dianggap sulit oleh lainnya. Kebanyakan dari mereka bersifat nomaden, berburu, mengumpulkan, memancing, dan terkadang menanam,” tulis laporan tersebut. Dinyatakan pula bahwa bukti menunjukkan bahwa komunitas-komunitas ini seharusnya sehat dan berkembang meskipun tertekan oleh berbagai ancaman.
Krisis yang Mengancam Keberlangsungan
Namun, laporan tersebut menekankan bahwa saat ini 96 persen dari kelompok-kelompok ini menghadapi ancaman dari ekstraksi sumber daya, baik legal maupun ilegal. Sekitar 65 persen dari mereka terancam oleh logging, yang menjadi bahaya paling umum dan sering kali menjadi langkah awal menuju eksploitasi lebih dalam. Sementara itu, 40 persen terancam oleh aktivitas penambangan dan hampir sepertiga menghadapi kekerasan atau penggusuran dari geng kriminal.
Agribisnis, khususnya peternakan sapi, berkontribusi pada deforestasi di Amazon, mendorong banyak komunitas ke ambang kepunahan. Proyek infrastruktur yang didukung pemerintah, seperti jalan dan pelabuhan, langsung memengaruhi 38 kelompok yang berada dalam bahaya punah.
Célia Xakriabá, aktivis dari suku Xakriabá di Brazil, menyatakan, “Kami tidak mati saat kolonisasi, dan kami tidak hilang selama masa kediktatoran. Namun sekarang, kami hidup dalam momen genosida legislasi. Mereka membunuh kami dengan pena dan kertas.”
Ancaman dari Ketertarikan Publik
Di era modern ini, ancaman terhadap kelompok-kelompok ini semakin berkembang, termasuk dari konten kreator yang berusaha mendekati mereka untuk membuat konten yang dimonetisasi. Selain itu, misi keagamaan yang didanai organisasi evangelis juga berupaya menarik mereka ke dalam ajaran Kristen.
Kejadian-kejadian baru-baru ini memperlihatkan ancaman ini, seperti ketika seorang YouTuber asal Amerika ditangkap setelah mencoba mendekati kelompok Sentinelese di Pulau Sentinel Utara atau ketika seorang misionaris dibunuh pada 2018 setelah mengintrusi pulau tersebut.
Solusi untuk Mempertahankan Kelompok Adat
Survival International mengusulkan perlunya perlindungan lahan yang lebih kuat untuk melindungi kelompok masyarakat adat yang belum berhubungan. Meskipun hukum internasional mengakui hak semua masyarakat adat, efektifitas penerapannya sangat bervariasi. Di Amerika Selatan, terutama di Brazil, perlindungan cenderung lebih kuat, sementara negara-negara di Asia dan Pasifik seringkali tertinggal.
Namun, enforcement tetap menjadi tantangan. Bahkan di tempat dengan hukum yang ketat, implementasinya sering kali buruk atau diabaikan, memberi ruang bagi perusahaan dan pemerintah untuk bertindak tanpa konsekuensi.
Maipatxi Apurinã, anggota suku Pupīkary di Brazil, menegaskan, “Kegagalan untuk mengakui keberadaan masyarakat yang tidak tersentuh adalah pelanggaran hak besar.” Ia menambahkan, “Kita harus menghormati pilihan mereka yang jelas untuk dibiarkan sendiri atau melanjutkan eksploitasi yang mengancam hingga setengah dari semua kelompok ini dalam 10 tahun ke depan.”
Caroline Pearce, Direktur Survival International, menyimpulkan, “Solusinya jelas: industri dan pemerintah harus bertindak sekarang untuk menghentikan kolonisasi yang berkelanjutan sehingga masyarakat yang tidak tersentuh dapat hidup secara bebas sesuai pilihan mereka.”