
Headline24jam.com – Ketika seseorang yang kita cintai meninggal, beradaptasi dengan kehilangan tersebut seringkali sangat sulit. Fenomena komunikasi setelah kematian, yang dikenal sebagai “after-death communications” (ADCs), melibatkan pengalaman di mana orang melaporkan melihat atau berbicara dengan orang yang telah meninggal. Sebuah studi yang diterbitkan pada tahun 2021 menunjukkan bahwa pengalaman ini terkait dengan peningkatan spiritualitas dan dapat menjadi alat penting dalam mengatasi rasa duka.
Makna Komunikasi Setelah Kematian
Penelitian menyebutkan bahwa pengalaman terkait ADC tidak hanya umum, tetapi seringkali memberi kenyamanan bagi mereka yang mengalami kehilangan. “Bagi individu yang mengalami halusinasi ini, itu adalah peristiwa yang penting dan bermakna, yang mereka tafsirkan sebagai jalinan hubungan yang berlanjut dengan yang telah tiada,” ujar penulis studi tersebut. Penelitian tersebut juga menekankan pentingnya dukungan yang tepat dari profesional kesehatan mental dalam menghadapi perasaan ini.
Inspirasi dari “Wind Phone”
Tren ini mendorong munculnya berbagai inisiatif, salah satunya adalah kotak telepon merah di Dorset yang dikenal sebagai “wind phone”. Terinspirasi oleh Itaru Sasaki, seorang perancang taman asal Jepang, instalasi ini menawarkan tempat bagi orang-orang untuk “berbicara dengan angin.” Sasaki memulai proyek ini pada tahun 2010 setelah kehilangan sepupunya, berharap pesan-pesannya dapat dibawa oleh angin.
Menghubungi yang Telah Tiada
Sejak didirikannya, wind phone menjadi simbol bagi banyak orang untuk mengenang mereka yang telah pergi. Di Joshua Tree, California, orang-orang dapat berbicara dengan kenangan mereka di tengah keheningan padang gurun. Di Sturgeon Bay, Wisconsin, terdapat wind phone lain yang membantu pengunjung saat berjalan-jalan. Pengalaman ini memberikan cara unik bagi individu untuk merasakan kehadiran terkoneksi dengan loved ones yang telah meninggal.
Manfaat Psikologis dari ADC
Penelitian menunjukkan bahwa banyak individu melaporkan memiliki pengalaman komunikasi dengan orang yang telah meninggal, dan hal ini diyakini dapat membantu mereka mengatasi rasa kehilangan dengan lebih baik. Mereka yang merasa memiliki keterhubungan seperti itu cenderung mengalami kecemasan yang lebih rendah terkait kematian.
Meskipun keterkaitan dengan kepercayaan spiritual dan pribadi masing-masing individu bervariasi, komunikasi seperti ini menawarkan penghiburan di tengah kepastian kematian. Di dunia yang terus bergerak maju, gagasan tentang berbicara dengan orang yang kita kasihi dapat menjadi pelipur lara saat menghadapi kehilangan.