Headline24jam.com – Penemuan baru di situs arkeologi Namorotukunan, dekat Danau Turkana, Kenya, mengungkapkan keberadaan alat batu yang digunakan oleh manusia purba selama 300.000 tahun. Penemuan ini menantang pemahaman sebelumnya tentang evolusi manusia, menunjukkan bahwa alat-alat ini terus digunakan meskipun ada perubahan iklim yang ekstrim antara 2,75 hingga 2,44 juta tahun yang lalu.
Inovasi di Turkana Basin
Turkana Basin, yang terletak di bagian utara Kenya, merupakan pusat inovasi bagi nenek moyang kita dan spesies terkaitnya. Penelitian terbaru memperkuat peran kawasan ini sebagai salah satu tempat pertama dan terlama bagi manusia dalam membuat alat batu.
Sejarah Penemuan Alat Batu
Temuan alat batu di Lomekwi, di tepi barat Danau Turkana, telah memperpanjang sejarah alat batu hingga 3,3 juta tahun yang lalu. Alat-alat dari Lomekwi menunjukkan pengolahan alat yang disengaja, namun toolkit Oldowan, yang muncul setelahnya, terbukti lebih unggul dan bertahan lama. Alat Oldowan, yang dinamai dari sebuah ngarai di selatan Danau Turkana, kini juga ditemukan di Namorotukunan.
Bukti dari Namorotukunan
Situs Namorotukunan, yang terletak di sisi berlawanan dan ditemukan alat Oldowan berusia antara 2,75 hingga 2,44 juta tahun yang lalu, menunjukkan bahwa kawasan ini dihuni jauh lebih lama dibandingkan lokasi lain. “Situs Oldowan yang lebih tua dari 2,6 juta tahun sangat jarang,” ungkap peneliti.
Ketahanan di Tengah Perubahan Iklim
Penemuan ini menunjukkan ketahanan para pembuat alat di Namorotukunan, meskipun lingkungan mengalami banyak perubahan. Profesor David Braun dari Universitas George Washington menyatakan, “Situs ini mengungkapkan cerita luar biasa tentang kontinuitas budaya. Ini bukan inovasi sekali saja, melainkan tradisi teknologi yang bertahan lama.”
Variabilitas Lingkungan
Remains flora di situs itu mengindikasikan variabilitas iklim yang signifikan. Dalam 100.000 tahun sebelum 2,75 juta tahun yang lalu, curah hujan menurun drastis, menciptakan lingkungan gurun yang keras. Namun, ketika alat terakhir dibuat, kondisi mulai menjadi lebih lembab.
Keterkaitan dengan Lahan Bersejarah
“Namorotukunan menawarkan perspektif langka tentang dunia yang telah berubah—sungai yang berpindah, kebakaran, dan kekeringan—sementara alat tetap teguh.” jelas Dr. Dan Paclu Rolier dari Universitas São Paulo. Penelitian ini menghasilkan sekitar 1.290 alat batu dan tulang, banyak di antaranya menunjukkan tanda-tanda pemotongan.
Implikasi untuk Masa Depan
Meskipun kini kondisi daerah tersebut lebih keras, dengan Danau Turkana menjadi hampir tidak layak diminum, ketertarikan manusia terhadap kawasan ini tidak berkurang. Saat ini, sejumlah kecil penduduk terlibat dalam proyek ambisius berupa pembangkit listrik angin di selatan Namorotukunan.
Penelitian ini dipublikasikan dalam jurnal Nature Communications, menunjukkan pentingnya studi arkeologi dalam memahami ketahanan manusia di tengah tantangan iklim.