
Headline24jam.com – Penelitian baru yang dilakukan oleh ilmuwan mengenai myalgic encephalomyelitis atau sindrom kelelahan kronis (ME/CFS) mengklaim telah mengembangkan tes darah pertama untuk kondisi tersebut. Penemuan ini diumumkan pada [tanggal penelitian], menunjukkan potensi untuk meningkatkan diagnosis dan manajemen penyakit yang mempengaruhi sekitar 3,3 juta orang di Amerika Serikat.
Penanganan ME/CFS yang Lebih Baik
ME/CFS adalah penyakit jangka panjang yang melelahkan, ditandai dengan kelelahan ekstrem, masalah tidur, serta kesulitan berpikir. Meskipun banyak orang terpengaruh, pemahaman ilmiah tentang penyakit ini masih terbatas, yang seringkali menyebabkan pasien merasa diabaikan saat mencari bantuan.
Professor Dmitry Pshezhetskiy dari tim peneliti menjelaskan, “Beberapa pasien merasa diabaikan atau diberitahu bahwa penyakit mereka ‘hanyalah di kepala mereka’. Dengan tidak adanya tes definitif, banyak yang menderita tanpa diagnosis yang tepat.” Ia menambahkan, “Kami berhasil mengembangkan tes darah untuk mendiagnosis kondisi ini.”
Metodologi Penelitian
Pshezhetskiy dan timnya menggunakan alat baru dari Oxford BioDynamics untuk menganalisis DNA dari 47 pasien ME/CFS dan 61 orang sehat. Mereka menemukan pola penggugusan DNA yang tampaknya unik bagi penderita ME/CFS, dengan spesifisitas tes mencapai 98 persen. “Penemuan ini memberikan potensi untuk tes darah yang sederhana dan akurat untuk membantu konfirmasi diagnosis,” kata Pshezhetskiy.
Peringatan Dari Pakar
Meskipun penelitian ini menjanjikan, beberapa pakar yang tidak terlibat dalam studi ini meminta kehati-hatian dalam menafsirkan hasilnya. Professor Kevin McConway, Emeritus Professor di The Open University, memiliki keprihatinan terkait desain studi yang diambil. “Ada detail yang tampak tidak biasa dalam penelitian ini yang mungkin telah memperkenalkan bias dan membatasi generalisasi hasil,” ujarnya.
Ia menambahkan, “Tes ini belum bisa membedakan antara ME/CFS dan penyakit kronis lain yang melibatkan peradangan. Oleh karena itu, belum ada keputusan mengenai perawatan yang tepat untuk pasien yang menggunakan tes ini.”
Kewaspadaan Terhadap Hasil
Profesor Chris Ponting dari Universitas Edinburgh juga menyatakan bahwa klaim efektivitas tes ini terlalu dini. Ia mencatat bahwa beberapa faktor, seperti kesesuaian usia dan jenis kelamin pasien serta aktivitas fisik, dapat memengaruhi hasil. “Penelitian ini perlu divalidasi dalam studi independen dan terencana dengan baik sebelum dipertimbangkan untuk penggunaan klinis,” katanya.
Kesimpulan
Studi yang dipublikasikan di Journal of Translational Medicine ini menawarkan harapan baru bagi pasien ME/CFS, namun perhatian harus diambil mengenai validitas dan penerapan temuan ini di dunia nyata. Peneliti dan medis diharapkan dapat melanjutkan usaha untuk mengonfirmasi hasil ini agar dapat memberikan dukungan yang lebih baik bagi pasien di masa mendatang.