
Headline24jam.com – Penelitian terbaru mengungkap bahwa tengkorak prasejarah yang ditemukan di Tiongkok pada tahun 1970, yang dikenal sebagai Dali Man, kemungkinan merupakan peninggalan dari spesies Denisovan. Temuan ini ditujukan untuk mengatasi perdebatan taksonomi yang sebelumnya mengkategorikan tengkorak tersebut sebagai Homo erectus atau Homo sapiens arkais.
Penelitian dan Temuan Baru
Denisovan pertama kali diidentifikasi melalui analisis DNA yang diambil dari tulang jari di Gua Denisova, Siberia pada tahun 2010. Spesies ini sulit diidentifikasi dalam catatan fosil karena kurangnya sisa-sisa yang cukup untuk mengetahui penampilannya.
Selama 15 tahun terakhir, berbagai bagian Denisovan telah ditemukan di seluruh Asia, menunjukkan bahwa mereka mungkin menghuni berbagai habitat selama Pleistosen Tengah. Kontinen ini juga diisi dengan sisa-sisa manusia yang morfologinya ambigu, sehingga zaman ini sering disebut "Muddle in the Middle" oleh para antropolog.
Pendekatan Penelitian
Para peneliti mempelajari pola regulasi gen dalam genom Denisovan untuk mengidentifikasi 32 sifat fisik yang terkait dengan morfologi tengkorak, termasuk tinggi dahi, lebar kepala, ukuran soket rahang, dan panjang palatum.
Dalam menguji akurasi metode ini, mereka berhasil memprediksi lebih dari 85 persen karakteristik fisik dari Neanderthal dan simpanse dengan menggunakan teknik yang sama.
Kesesuaian Dali Man
Ketika meneliti fosil dari Pleistosen Tengah, peneliti menemukan bahwa Dali Man sangat sesuai dengan profil Denisovan. Dari 18 karakteristik yang dinilai, 15 di antaranya cocok dengan nilai-nilai Denisovan.
Sebelumnya, tengkorak kuno lain dari Tiongkok, yang dijuluki Dragon Man, juga ditemukan sebagai Denisovan setelah sebelumnya diklasifikasikan sebagai Homo longi.
Implikasi Temuan
Selain itu, tengkorak yang ditemukan di Zambia pada tahun 1921, yang dikenal sebagai Broken Hill Man, menunjukkan kemiripan dengan morfologi baik Denisovan maupun Neanderthal. Peneliti berpendapat bahwa spesimen ini, yang umumnya dianggap sebagai Homo heidelbergensis, mungkin merupakan nenek moyang terakhir dari kedua garis keturunan kuno tersebut.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini diharapkan dapat membantu mengklasifikasikan banyak hominin yang belum teridentifikasi di seluruh dunia, sehingga dapat mengatasi kebingungan yang terjadi pada era tersebut.
Kesimpulan
Penelitian ini telah dipublikasikan dalam Proceedings of the National Academy of Sciences, menambah wawasan kita tentang hubungan genetik dan morfologis antara hominin purba.