
Headline24jam.com – Dalam sebuah terobosan ilmiah, peneliti berhasil mengidentifikasi hormon estrogen, progesteron, dan testosteron dalam jaringan keras manusia yang menunjukkan tanda-tanda kehamilan pada sisa-sisa arkeologis. Penemuan ini, yang melibatkan analisis dari sepuluh individu yang hidup antara abad pertama hingga ke-19 Masehi, memberikan wawasan baru tentang kehamilan pada masa lalu. Para peneliti menjelaskan bahwa metode ini penting untuk memahami sejarah reproduksi perempuan di berbagai budaya.
Metode Baru untuk Mengidentifikasi Kehamilan
Para peneliti mempelajari 10 individu, terdiri dari tiga laki-laki dan tujuh perempuan, yang diambil dari lokasi penggalian di berbagai tempat. Dua dari perempuan tersebut ditemukan memiliki janin dalam rahim, sedangkan dua lainnya dimakamkan bersama bayi baru lahir. Peneliti menjelaskan bahwa sebelumnya, mengidentifikasi kehamilan di sisa-sisa ini sangat sulit karena hormon hCG tidak bertahan lama untuk bisa terdeteksi pada kalangan arkeologis.
Temuan Hormon dalam Jaringan Keras
Dalam studi yang dipublikasikan di Journal of Archaeological Science, sampel tulang, gigi, dan kalkulus gigi dari sisa-sisa ini dianalisis menggunakan teknik baru yang dikenal dengan nama enzim-linked immunosorbent assay. Hasil analisis menunjukkan adanya konsentrasi progesteron yang tinggi pada salah satu perempuan yang diperkirakan hamil antara abad ke-11 hingga ke-14. Selain itu, seorang perempuan dari abad ke-18 atau ke-19 juga menunjukkan peningkatan kadar progesteron dalam sampel tulangnya.
Pentingnya Penelitian Ini
“Metode baru yang dapat secara akurat mengidentifikasi kehamilan dari sisa-sisa kerangka sangat penting untuk merekonstruksi sejarah reproduksi perempuan di masa lalu,” ungkap tim peneliti. Mereka menekankan bahwa pemahaman ini dapat membantu menjelaskan pengalaman perempuan dalam konteks sosial dan budaya mereka.
Batasan dan Harapan untuk Penelitian Selanjutnya
Meskipun hasilnya menjanjikan, penelitian ini masih pada tahap awal, dan para peneliti mendorong penelitian lebih lanjut untuk menyempurnakan teknik ini. Jika berhasil, metode ini dapat “merevolusi cara kita mempelajari sejarah reproduksi dari populasi masa lalu.”
Dengan studi ini, kita tidak hanya mendapatkan informasi tentang kehamilan di masa lalu, tetapi juga pentingnya siklus hidup manusia dalam konteks arkeologis.