
Headline24jam.com – AwanPintar.id®, sebuah platform intelijen ancaman siber nasional, mengeluarkan laporan mengenai ancaman digital untuk Semester 1 2025. Laporan ini mencatat peningkatan eksploitasi terhadap Common Vulnerabilities & Exposures (CVE) dan kebangkitan botnet Mirai yang menyasar perangkat Internet of Things (IoT) di Indonesia.
Ancaman Terhadap Keamanan Digital
Yudhi Kukuh, pendiri AwanPintar.id®, menjelaskan bahwa CVE dapat diibaratkan sebagai pintu terbuka dalam sistem digital. "Jika tidak segera ditutup, itu bisa menjadi akses bagi penyerang," tegasnya. Laporan tersebut menunjukkan bahwa ancaman terhadap CVE terus meningkat dan berevolusi. Serangan ini ditujukan kepada berbagai perangkat, termasuk sistem operasi, server, dan aplikasi bisnis.
Risiko pada Sektor Vital
Kontinuitas eksploitasi CVE selama Semester 1 2025 menciptakan celah bagi penyerang untuk mencuri data. Setiap kerentanan yang tidak segera ditangani dapat menyebabkan kerugian finansial dan reputasi, khususnya bagi sektor perbankan dan telekomunikasi. Tim keamanan perlu mengimplementasikan manajemen kerentanan yang proaktif, termasuk pemindaian reguler dan penanganan patch dengan prioritas.
Kebangkitan Botnet Mirai
Laporan juga mengungkapkan kebangkitan botnet Mirai yang kini lebih canggih. Sejak pertama kali muncul pada 2016, Mirai dikenal dengan kemampuannya menginfeksi perangkat IoT seperti kamera IP dan router untuk melancarkan serangan DDoS. Peningkatan aktivitas Mirai di Indonesia menunjukkan bahwa celah keamanan perangkat IoT masih menjadi target utama penjahat siber.
Data dan Tren Serangan Siber
Laporan AwanPintar.id® mencatat 133.439.209 serangan siber pada Semester 1 2025, atau rata-rata 9 serangan per detik. Angka ini menurun drastis sebesar 94,66 persen dibandingkan dengan 2.499.486.085 serangan pada periode yang sama tahun lalu. Serangan yang menggunakan teknik Generic Protocol Command Decode mendominasi, mencatat 68,37% dari total serangan.
Geografi Serangan dan Keamanan Nasional
Serangan siber terbesar ke Indonesia berasal dari Tiongkok (12,87%), diikuti oleh Indonesia sendiri (9,19%) dan Amerika Serikat (9,07%). Namun, kontribusi serangan domestik meningkat 2,35%, menunjukkan bahwa infrastruktur lokal juga terkompromi. Hal ini mengindikasikan lemahnya keamanan digital di tingkat nasional.
Tren Spam dan Malware
Persentase email spam di awal 2025 mencapai 23,04% namun menurun menjadi 11,7% di akhir Semester 1. Malware juga menunjukkan penurunan dari 43% menjadi 22,82%. Penurunan ini mungkin menunjukkan adanya peluncuran kampanye besar di awal tahun.
AwanPintar.id® berperan krusial dalam mendeteksi dan menganalisis ancaman siber dengan mengolah jutaan data setiap harinya. Laporan ini diharapkan tidak hanya menjadi referensi teknis, tetapi juga meningkatkan kesadaran publik akan pentingnya keamanan digital.
Yudhi Kukuh menegaskan bahwa ancaman siber di Indonesia semakin kompleks. Kerentanan yang muncul, baik dari CVE maupun kebangkitan botnet Mirai, menunjukkan bahwa perlindungan digital perlu ditingkatkan. "Menjaga kedaulatan digital adalah tanggung jawab bersama," tutupnya.