
Headline24jam.com – Spotify baru saja mengumumkan kebijakan baru yang melarang penggunaan klon suara berbasis kecerdasan buatan (AI) tanpa izin dari artis. Kebijakan ini diluncurkan sebagai respons terhadap meningkatnya konten musik yang menggunakan AI, yang sering kali diunggah tanpa persetujuan dan klaim yang menyesatkan. Dengan aturan yang diterapkan mulai sekarang, platform streaming terbesar di dunia ini ingin memastikan bahwa artis mendapat pengakuan dan perlindungan yang layak atas karya mereka.
Kebijakan Baru Melindungi Artis
Spotify mewajibkan persetujuan eksplisit dari artis untuk setiap lagu yang menggunakan replika vokal yang dihasilkan oleh AI. Langkah ini ditujukan untuk memberantas “replika vokal non-otorisasi” yang telah banyak beredar di platform. Masyarakat tidak akan lagi menemukan lagu-lagu deepfake dari artis seperti Drake dan Ariana Grande tanpa persetujuan.
“Penggunaan suara seseorang tanpa izin jelas melanggar kebijakan kami,” ungkap perwakilan Spotify. Meskipun sebelumnya sudah ada aturan anti-kontroversi, kemajuan dalam teknologi kloning suara memaksa Spotify untuk meninjau dan memperbarui regulasi ini, sehingga menciptakan proses penghapusan konten yang lebih efisien.
Kontroversi AI dalam Musik
Kasus The Velvet Sundown menjadi contoh bagaimana musik yang dihasilkan AI dapat memicu kekecewaan di kalangan penggemar. Band yang menduduki puncak popularitas ini diduga merupakan produk AI dan membuat Spotify bertekad untuk lebih ketat dalam mengawasi konten yang diunggah.
Selain kebijakan anti-impersonasi, Spotify juga memperkenalkan sistem filter spam baru yang berfokus pada konten AI. Dalam 12 bulan terakhir, lebih dari 75 juta trek spam telah dihapus. Dengan pendekatan ini, Spotify berharap dapat menjaga integritas platform sambil mencegah penyalahgunaan dari mereka yang berniat mengeksploitasi algoritma.
Transparansi dalam Penggunaan AI
Meskipun melarang penggunaan AI yang tidak sah, Spotify tidak sepenuhnya menolak teknologi ini. Platform ini berkomitmen untuk memberikan transparansi dalam bagaimana AI digunakan dalam produksi musik. Alih-alih hanya menandai trek sebagai “AI,” Spotify berencana untuk menambahkan informasi yang lebih mendetail dalam metadata, sehingga pendengar bisa memahami seberapa besar peran AI dalam kreasi tersebut.
Penggunaan AI, seperti dalam penghidupan kembali suara artis legendaris seperti Whitney Houston, menunjukkan bahwa teknologi ini bisa bermanfaat jika digunakan secara etis. Namun, tanpa tata kelola yang baik, potensi penyalahgunaan tetap ada.
Perlindungan Terhadap Pembajakan
Kebijakan terbaru juga mencakup langkah-langkah untuk melindungi artis dari pembajakan, di mana lagu-lagu—baik yang dihasilkan AI maupun tidak—dapat diunggah ke profil resmi mereka tanpa izin. Spotify sedang menguji sistem untuk mencegah skenario ini bersama distributor.
Mereka juga meningkatkan sistem “content mismatch” yang memungkinkan artis untuk melaporkan masalah sebelum lagu dirilis. Langkah ini menjadi penting, mengingat adanya konten AI yang sering kali diunggah dengan klaim sebagai karya artis yang telah meninggal.
Tantangan dan Harapan
Dengan meningkatnya penggunaan AI dalam musik, tantangan untuk platform seperti Spotify semakin kompleks. Kebijakan baru ini diharapkan dapat meningkatkan kepercayaan pendengar bahwa musik yang mereka konsumsi berasal dari sumber yang sah, mendukung ekosistem musik digital yang lebih transparan.
Seiring dengan kebijakan tersebut, beberapa layanan streaming lain juga mulai menyesuaikan diri untuk menangani konten AI, termasuk YouTube Music. Spotify akan tetap berupaya untuk menerapkan kebijakan secara hati-hati agar tidak merugikan kreator yang beritikad baik.
Dalam menghadapi perubahan ini, kreativitas dan inovasi tetap menjadi fokus. Dengan adanya pendekatan yang jelas terhadap penggunaan AI, diharapkan ekosistem musik digital akan terus berkembang dengan cara yang lebih aman dan akuntabel.